7 Kuliner Aceh Makanan Pejuang Kemerdekaan! - Setiap kuliner muncul atau dikenal, pasti ada sejarah unik yang mengikutinya. Hampir semua kuliner di Indonesia memiliki riwayat, begitu juga dengan kuliner khas Aceh yang terkenal kaya rempah serta sarat makna.
Tapi, kamu sudah tahu belum ada kuliner khas Aceh apa saja yang memiliki sejarah unik? Jika belum, yuk simak ulasan berikut ini.
1. Sie reuboh
Siapa sangka? Sie reuboh ternyata sudah ada sejak ratusan tahun lho! Kuliner berupa daging rebus kaya rempah, ini ternyata merupakan makanan yang dijadikan bekal untuk para pejuang kemerdekaan yang melakukan persembunyian di gunung ketika sedang melawan Belanda.
Menjelang Ramadan, warga Aceh biasanya melaksanakan tradisi meugang. Mereka akan membeli daging sapi yang dimasak jadi sie reuboh.
Sie reuboh terbuat dari daging sapi, lemak, dan aneka rempah-rempah lainnya. Tak hanya dijadikan sajian saat acara meugang, kamu bisa memasak sie reuboh untuk menu sehari-hari lho, termasuk buka puasa dan sahur.
2. Kuah pliek u
Kuah pliek u sejenis gulai khas Aceh yang terbuat dari ampas minyak yang telah diperas, serta dikombinasikan dengan bermacam sayuran. Di daerah asalnya, kuah pliek u sering dijadikan sebagai lauk pendamping makan nasi putih.
Nampak sederhana memang, tapi kuliner racikan nenek moyang ini pada abad ke-16 merupakan makanan kesukaan para raja-raja di Aceh.
3. Sate matang
Sate matang adalah tusukan daging berupa sate yang ada di provinsi Aceh. Sate ini dinamakan dengan sate matang karena awal mulanya sate ini diperkenalkan oleh penjualnya di kota Matang Geuleumpang Dua sebuah kota kecamatan di kabupaten Bireuen. Pada tahun 1990-an sate ini populer dibeberapa kota besar di Aceh, kini banyak sekali bertebaran penjual sate di Aceh dan kota Medan Sumatra Utara yang menjajakan sate dengan label "sate matang".
Bahan utama masakan sate matang adalah daging kambing, berhubung dengan harga daging kambing yang lebih mahal maka sering kali sate matang dibuat menggunakan daging sapi. Proses pembuatan dan memasak sate matang tidak jauh berbeda dengan sate daerah lain di Indonesia, potongan daging yang telah dibersihkan dan dipotong dadu dalam ukuran kecil. Setelah disematkan pada tusukan sate lalu direndam dalam adonan bumbu berupa rempah-rempah dalam waktu yang agak lama. Selanjutnya sate siap untuk dibakar di pemanggangan.
Sebagai pelengkap adalah kuah kaldu kambing yang khas karena taburan daun bawang, agak kental dan berasa rempah seperti masakan kari. Rempah-rempah yang digunakan dalam membuat kuah kaldu ini menghasilkan aroma yang kuat, segar dan hangat. Adapun rempah yang digunakan terdiri dari kapulaga, bunga lawang, cengkih, kayu manis dan merica.
4. Bubur kanji rumbi
Bubur kanji rumbi memadukan beras dengan aneka ragam irisan sayuran serta daging maupun udang. Bubur kaya rempah, ini juga mudah dijumpai saat Ramadan tiba karena sering kali dipilih sebagai menu berbuka.
Berdasarkan sejarah, bubur kanji rumba telah ada sejak Kesultanan Aceh berkuasa. Bahkan, dahulu bubur ini merupakan panganan favorit raja serta keluarganya.
5. Keumamah
Keumamah adalah salah satu kuliner tradisional masyarakat Aceh yang dibuat dari bahan baku ikan, yaitu tongkol dan cakalang. Keumamah terkenal juga dengan nama ikan kayu karena keras seperti kayu. Ikan ini diawetkan dengan beberapa proses pembuatan. Mulai dari pembersihan ikan, perebusan, pengeringan dan penyimpanan. Karena itu keumamah bisa disimpan hingga bertahun-tahun dengan syarat harus tetap dalam keadaan kering atau tidak lembap..
Keumamah hadir sebagai salah satu penganan utama yang dihidangkan saat berlangsungnya pesta adat atau kenduri. Selain memiliki peran penting dalam budaya masyarakat Aceh, keumamah juga memiliki nilai historis. Dahulu, keumamah dijadikan sebagai salah satu logistik para pejuang Aceh saat perang melawan pemerintah Kolonial Belanda.
6. Kue meuseukat
Meuseukat adalah Penganan khas Aceh sejenis dodol dikarenakan tekstur yang lembut dan rasanya manis. Rasa manis ini didapat dari buah nanas yang digunakan dalam pembuatannya sehingga kue ini disebut juga dodol nanas. Warna kue ini adalaha putih karena hanya menggunakan tepung terigu tanpa pewarna makanan. Adapun warnanya yang kuning dikarenakan buah nanas yang digunakan sebagai campuran.
Seperti halnya makanan dari daerah lain, Meuseukat ini juga memiliki filosofi tersendiri yang kemudian menempatkannya dalam kasta tertinggi kue tradisional khas Aceh. Dalam memperlakukan tamu masyarakat Aceh dikenal dengan kesopanannya yang tinggi.Tidak hanya dari perilakunya tetapi juga dari penyajian makanannya. Warna putih kue inilah yang kemudian diartikan sebagai kejernihan hati masyarakat Aceh saat menyambut tamu.
7. Ayam tangkap
Tak seperti sekarang yang mudah sekali membuat ayam tangkap karena hanya perlu mengeluarkan uang untuk membeli ayam potong yang siap diolah.
Dahulu, untuk membuat kuliner satu ini masyarakat setempat perlu tenaga ekstra untuk menangkap ayam mereka yang berkeliaran di pekarangan. Sebab itu, kuliner ayam ini kini dikenal dengan nama ayam tangkap.
Baca juga Rekomendasi Kuliner Ketika Berwisata Ke Banjarmasin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar